Kamis, 04 Desember 2008

BAGAIMANA MEMAHAMI AYAT ALLAH DI ALAM

Dalam Alqur'an dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-Nya.

Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia mengetahui bahwa semua ini diciptakan tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang berakal, yaitu "…orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali 'Imraan, 3:190-191)

Di banyak ayat dalam Alqur'an, pernyataan seperti, "Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?", "terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal," memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut memberikan contoh akan nikmat Allah ini:

Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16:11)

Marilah kita berpikir sejenak tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah yang disebutkan dalam ayat di atas, yakni kurma. Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang 4-5 meter dengan berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.

Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi sempurna.
Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekedar menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak
sederhana ini mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah.

Pengkajian ini menyimpulkan bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih jenius daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya, terdapat kecerdasan mengagumkan dalam apa yang dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber kecerdasan tersebut?
Mungkinkah sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa?

Tak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki satu jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut telah diprogram sejak awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi ini ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh berkembang karena Ilmu-Nya yang tak terbatas. Dalam sebuah ayat disebutkan:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. Al-An'aam, 6:59).

Dialah Allah yang menciptakan biji-bijian dan menumbuhkannya sebagai tumbuh-tumbuhan baru. Dalam ayat lain Allah menyatakan:

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-An'aam, 6:95)

Biji hanyalah satu dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam semesta. Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga dengan hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana", maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta ini adalah bukti keberadaan dan kekuasaan Allah SWT.

DARWINISM: THE WORST SO-CALLED SCIENTIFIC DECEPTION - 2

Since Darwinism is an ideology based on deceiving the world and turning people away from belief in Allah (God), the supporters of the Dajjal have to try to keep it alive, no matter what the cost. For that reason, the various people who have entered the Dajjal’s protection have resorted to all possible methods to keep the ideology on its feet. They heralded the theory of evolution as a proven fact, despite the fact there is not a single piece of evidence to support it. They have given the impression that non-existent evidence does in fact exist and have tried to adapt fossils to their own theory. They have produced fictitious intermediate forms, despite the fact that not a single genuine one exists, and have taught this as scientific fact in school books. They have ignored the countless pieces of evidence against evolution that have emerged, and have deliberately hidden them away from the public gaze. In the absence of any evidence for their theory, they have manufactured false fossils and exhibited these for decades in the world’s most famous museums. Instead of being ashamed when their frauds have been exposed, they have continued with their deceptive methods and have had no qualms about producing and defending new frauds. Although it has been scientifically proved that not one single protein can form by chance they have still insisted on maintaining that life first emerged by chance in muddy water. (The probability of a function protein forming by chance is 1 in 10950, in other words, zero.) They have had no compunctions about publishing their false evidence in newspapers and scientific journals and on the television, and have not hesitated to teach these to students in schools for years. Darwinism is a belief system based on fraud, deception and falsehood. Darwinism is not scientific. Ever since it was first launched, Darwin’s theory has assumed the task assumed by the ancient pagans; it has sought to disseminate paganism and to turn people away from belief in Allah. It deceived people for 150 years. For 150 years, it sought to familiarize people with a lie. Darwinism is a heretical religion that needs fraud to survive, that tells lies to attract supporters, and that excommunicates those who tell the truth.

Allah says in one verse:

Say: “Shall I tell you of a reward with Allah far worse than that: that of those whom Allah has cursed and with whom He is angry – turning some of them into monkeys and into pigs – and who worshipped false deities? Such people are in a worse situation and further from the right way.” (Surat al-Ma’ida, 60)

Under normal conditions, there would be no logic at all in people continuing to follow such a perverted ideology. But some people have fallen into a snare laid by the Dajjal. All unawares, they have been deceived by this deception, not knowing what they were doing or how they had been led astray. Because the Dajjal has employed a very cunning method. As Darwinism deceived the world it made contact, by fraudulent and perverted means, with people who had undertaken this cunning and ugly work of the Dajjal. However, it is also certain that, as with all superstitious religions, the cunning snares laid in this religion will also come to nothing:

They are hatching a plot. I too am hatching a plot. So bear with the unbelievers – bear with them for a while. (Surat at-Tariq, 15-17)